Hemm..mungkin lebih tepatnya buat bumil kali ya..tapi insyaAllah akan saya update kalo saya uda lahiran..hihi
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) ini tentunya sudah ga asing lagi bagi masyarakat. Kartunya berwarna biru muda, berisi identitas si empunya kartu. Kartu ini sangat bermanfaat bagi yang punya, soalnya fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pihak pelayan kesehatan yang bekerjasama dengan pemerintah bisa dinikmati tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Sangat membantu bagi kalangan yang kurang mampu. Tapi juga membuat puskesmas dan RS yang melayani jaminan ini menjadi mbludak dan bahkan sampai menolak pasien, saking penuhnya.
Jaminan ini memang menjamin 100% biaya rumah sakit ataupun biaya-biaya lain yang masih bersangkutan dengan kesehatan. Sama seperti layanan periksa hamil. Setiap bumil yang sudah mempunyai kartu Jamkesmas ini sudah tidak boleh menggunakan layanan Jampersal (Jaminan Persalinan). Jampersal hanya diperuntukkan bagi bumil-bumil diluar tanggungan jaminan kesehatan lainnya (askes, jamkesmas, dll).
Cara penggunaan Jamkesmas ini cukup mudah dan ga repot. Tapi yang harus diingat, kartu ini hanya bisa digunakan pada pelayan kesehatan yang bekerjasama dengan pemerintah. Gampang saja, setiap puskesmas menerima pasien dengan jaminan kartu ini.
Kalo saya, baru kali menggunakan jaminan ini. Pertama periksa ke Puskesmas cuma bawa kartu ini, sama buku kontrol bidan (di Bogor periksa di Bidan). Pas ditanya resepsionisnya punya kartu jamkesmas atau tidak, saya jawab punya. Terus dimintalah kartunya dan saya diminta nungguin di dalam, di poli KIA.
Berikutnya waktu diperiksa bidan puskesmas, saya nanya-nanya tentang jampersal. Soalnya saya rencana lairan di bidan yg notabene jarang yg nerima jamkesmas. Dan hasilnya, ga bisa bikin jampersal. Karena saya udah punya kartu jamkesmas. Saat itu saya sedikit kecewa, karena saya lebih sreg lairan di bidan soalnya.
Lanjutt..
Setelah periksa, saya dirujuk ke RS untuk cek posisi janin alias USG. Diberi surat rujukan dari puskesmas dan diminta melampirkan Fotokopi kartu Jamkesmas, Fotokopi Suami Istri dan juga kartu Jamkesmas-nya itu sendiri.
Setelah selesai periksa di puskesmas, memang gratis. Tidak dipungut biaya sepeserpun. Begitupula waktu saya USG sore harinya. Meskipun ngantri, karena full pasien, akhirnya dipanggil juga. Waktu USGnya saya ga terlalu mudeng, soalnya panik. Hihi, biasanya ditemeni si Mas, jadi si Mas bisa nggatekke hasil pemeriksaan. Saya pikir, ahh ntar nengok hasil print aja. Eh, ternyata sodara-sodara, hasil USGnya yg berupa foto dedek itu ga boleh dibawa pulang. Buat klaim jamkesmas kata perawatnya. Huaaaa…saya bengong doang. Hiks, padahal pengen saya pamerin sama si Mas. Eh malah ga boleh dibawa pulang, mau saya foto aja ga sempet, wong saya juga ga megang fotonya itu. Yaahh, namanya juga pake jamkesmas, ada batasan2 tertentu yang harus ditaati.
Hmm…
Dari pengalaman itu awalnya saya was-was kalo make jaminan ini. Khawatir pelayanannya ga sama dengan pasien yg ga make jamkesmas. Hiks…tapi sejauh ini saya memantapkan hati, untuk menggunakan jaminan ini. Berpositif thinking, bahwa proses lahiran itu kita yang jadi pemeran utama. Jadi,,keputusan saya adalah: mempercayai tubuh saya sendiri dan yakin kalo Allah akan memudahkan.
Nah, tentang bagaimana layanan jamkesmas bagi ibu melahirkan, akan saya post kalo saya udah melahirkan yaaa…hihi
#Bantul, 15 April 2013